Minggu, 02 Juli 2017

Semoga surga untukmu, Pak.



Saat itu adalah bulan Ramadhan. Sungguh, Ramadhan terberat bagi kami.

Setiap hari, selama kurang lebih 23 hari aku bersama ibu, Omku dan pakdeku bergantian untuk menjaga beliau. Berat untuk kami kala itu, terutama ibuku, tapi inilah takdir yang Allah berikan kepada kami. Namun, aku sangat bersyukur dengan segala peristiwa yang aku alami. Allah sangat sayang dengan keluargaku, termasuk bapak. Hari-hari di rumah sakit terlewati dengan berat, semakin hari ingatan bapak menurun. Setelah dilakukan MRI, kami semua diberi tahu jika ada tumor di tulang belakang bapak, dokter pun juga telah menjadwalkan untuk operasi bapak. 

Hari lebaran tiba… untuk pertama kalinya, aku, ibuku, adikku, dan bapak menjalani malam takbir dan lebaran di rumah sakit. Hari itu masih ada canda tawa diantara kami, bapak memang orangnya suka bercanda. Malam harinya kita bertiga pulang, karena keesokan harinya ibu harus bekerja. Setelah selesai dengan pekerjaan ibu, aku dan ibuku ke rumah sakit. Ke ruangan tempat biasa bapak di rawat. Namun sesampainya disana, kami diberi tahu jika bapak dipindah rungan. Sampai di ruangan bapak yang baru, sungguh aku kaget dengan kondisi bapak. Tidak pernah terbayangkan jika bapak dirawat di ICU. 

Saat itu, bapak sudah dipasangi alat bantu pernafasan, selang alat bantu makan... saat itu, aku juga berharap dengan kondisi bapak, akan membaik. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, selain berdoa. Hingga akhirnya, bapak dibacain surat yasin. Dan aku disuruh buat bisikin bapak nama-nama Allah. Bapak nangis, ya tentu aku juga nangis. Aku kuatin bapak lewat bisikan itu, “pak, ayo pak… bapak kuat.”

Tak pernah aku melihat ibu se-menangis itu… melihat orang yang dicintainya berbaring tak berdaya, ya mungkin ibu sudah tau apa yang akan terjadi. Takut. Kami sungguh takut, takut sekali. Malam itu adalah malam terberat bagi kami…

Ibu menunggu bapak disamping tempat tidur bapak, aku dan adikku disuruh pakdeku untuk istirahat di balkon ruangan. Sekitar jam satu atau setengah dua pagi tepatnya, aku dibangunkan ibuku buat liat bapak. Aku bangun dan ku datangi bapak, ku lihat layar monitor yang berada di samping kiri bapak, semua sudah menunjukkan angka yang rendah. 

Aku bisiki bapak, “pak, iki ika, pak…ayo bapak kuat, Laa ilaha illallah” hingga berulang kali. Namun aku sudah tidak sanggup menahan air mata, mungkin saat itu nafas bapak sudah di tenggorokan. Hingga ku melihat nafas panjang bapak, untuk terakhir kalinya… dan akhirnya bapak pulang. Bapak udah sembuh dari segala rasa sakitnya. 

Hancur hatiku saat itu. Patah hati terhebat dalam hidupku. Di depan mataku, aku melihatnya pergi tidak akan kembali, jauh, sangat jauh, dan selamanya…. Dan aku harus menerima kenyataan, salah satu orang terpenting dalam hidupku pergi. Tanggal 11 Agustus 2013, sekitar pukul 02.02 WIB di Moewardi. Cerita kami akan berbeda tanpanya, namun inilah kenyataannya. 

Hari-hari tanpa bapak dimulai, sungguh berbeda. Air mata tidak akan merubah segalanya. Pak, padahal aku dulu berharap bapak bakal nemenin aku wisuda, bakal jadi wali nikah aku, tapi ternyata rencana Allah berbeda. Setidaknya bapak sudah sembuh dari rasa sakit bapak. 

Maaf ya, Pak kalo aku masih nangis kalo kangen sama bapak. Semoga jalan bapak tidak terhambat dengan kesedihan kami disini… semoga doa dari anak-anakmu sampai padamu. Lewat doa kusampaikan rinduku. 

Semoga Surga untukmu, Pak.

Kamis, 04 Mei 2017

Rindu Kejam



Entah mengapa hatiku terasa teriris
Kala rindu datang dan hati tak bisa menahan
Entah mengapa hatiku sendu
Kala rinduku tak berujung temu….
Karena memang tak kan berujung temu…
Rinduku sangat berbatas…
Rinduku terlampau jauh untuk bertemu.
Dia adalah satu-satunya laki-laki yang tak pernah memberiku rasa sakit
Dia adalah pejuang untukku, ibu, serta adiku
Dia adalah yang pelindung dalam keluarga kami
Tapi kini…. Dia telah pergi. Jauh…. Jauh sekali.
Kini… semua telah berbeda, sangat berbeda
Kini… telah berbeda cerita.
Untuk kali ini,
Benar-benar rindu ini sangat kejam…
Ia datang tanpa perlahan.
Aku merindukannya, segala tentangnya…
Aku rindu, aku rindu bapak.

Selasa, 28 Maret 2017

aku rindu...

Aku rindu percakapan setiap hari
Antara bapak dengan anak perempuannya
Hariku yang tak lagi sama tanpa hadirnya
Ketika Tuhan mengambilnya,
Namun aku merasa lega, ia tak lagi merasakan sakitnya
Bukan tidak menerima, aku terima semua takdir ini,
Tidak pantas bila ku protes terhadapNya.
Maaf bila kesedihanku masih tentang hal yang sama
Tentang kerinduan anak perempuan kepada bapaknya
Tentang kerinduan yang tak berujung temu.
Namun, kerinduan tetaplah kerinduan.
Aku yakin, dia telah memperoleh ketenangan.
Jagakan dia dalam surgaMu, ya Allah.
Kami merindukannya, kami sangat menyayanginya.
Walk with me forever, dad. I know you hear me from above.
I Love You.